Penanganan Pasca-Panen Menentukan Kualitas Produk Sayuran
DEPOK — Ketua tim peneliti Universitas Indonesia (UI) untuk Ketahanan Pangan Cianjur– Kota Depok Dr. Taufik Asmiyanto mengatakan pola penanganan pasca-panen akan menentukan kualitas produk sayur-mayur pada titik akhir di dapur pebisnis kuliner maupun keluarga masyarakat.
“Rantai pasok produk pangan khususnya hortikultura cenderung khas dibandingkan dengan rantai pasok produk dan jasa lainnya,” kata Taufik dalam keterangannya, Jumat (28/8/2020).
Dalam kunjangannya di Desa Cibeureum Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Taufik menjelaskan bahwa perencanaan untuk keadaan darurat pangan yang mengancam hajat hidup orang banyak (Disaster Recovery Planning) tidak bisa dilepaskan dari pemodelan Business Continuity Plan (BCP).
“Sebelumnya kami juga sudah melakukan diskusi dengan para stakeholder di Kota Depok yang memerlukan kepastian pasokan dan kualitas keamanan pangan,” ujar Taufik yang telah melakukan diskusi bersama pemerintah dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Cibeurum, Kecamatan Cugenang – Cianjur.
Pandemi COVID-19 di Indonesia belum juga memberikan sinyal kapan akan berakhir. Pada saat yang sama resesi ekonomi dan isu ketahanan pangan mencuat menjadi potensi masalah yang tidak kalah mencekam. Berbagai kajian daring dan penelitian sejumlah akademisi mensinyalir timbulnya rawan pangan manakala pemerintah dan masyarakat telat merespons.
Riset Ketahanan Pangan Cianjur – Kota Depok tahun 2020 ini didukung oleh Universitas Indonesia dan Fusi Foundation untuk memotret kondisi nyata di sisi supply and demand.
Ketua Fusi Foundation Ahmad Fitrianto menegaskan tata kelola rantai pasok produk hortikultura harus dilakukan secara sinergis antara Kabupaten Cianjur sebagai sentra produksi dan Kota Depok sebagai pasar potensial untuk menjaga keseimbangan distribusi pangan dengan pola kerja sama antardaerah.