Minimalisir Dampak Perubahan Iklim, Pelestarian Lingkungan Penting Dilakukan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ia menerangkan, Desa Kolisia B merupakan perwakilan wilayah rawan pangan akibat kekeringan serta Kelurahan Waioti merupakan daerah yang rawan banjir dan sampah plastik.
“Selain itu kaum mudanya aktif berkegiatan dan didukung oleh desa serta kelurahan melalui Karang Taruna. Kedua desa ini memiliki hubungan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan PAPHA,” terangnya.
Untuk Desa Kolisia B lanjut Bernardus, kegiatan sudah berlangsung 20 Agustus 2020 lalu sementara untuk Kelurahan Waioti dilaksanakan tanggal 25 Agustus 2020 nanti.
Dirinya menambahkan, usai sosialisasi akan ada pelatihan untuk penguatan kapasitas orang muda dalam adaptasi peribahan iklim dan penyusunan dokumen analisis kerentanan serta kapasitas terkait perubahan iklim.
“Output adalah adanya aksi rutin kaum muda dalam berbagai bentuk di antaranya, pungut sampah plastik yang nanti akan didaur ulang. Juga aksi satu orang menanam minimal lima pohon setiap bulannya,” terangnya.
Selain itu sambung Bernardus, orang muda dan remaja akan di-training dan didampingi untuk memiliki usaha kerajinan memanfaatkan sampah plastik untuk Kelurahan Waioti.
“Sedangkan untuk Desa Kolisia B, kami akan membuat usaha budidaya holtikultura dengan menggunakan sistem irigasi tetes. Peserta sosialisasi melibatkan kaum muda, tokoh masyarakat dan perangkat desa dengan jumlah total 35 orang,” ungkapnya.
Sementara itu Antonius Nong, petani Desa Kolisia B kepada Cendana News mengaku, pihaknya mengumpulkan beberapa orang untuk melakukan penghijuan bakau di pesisir pantai.
Hal ini kata Agustinus dilakukan mengingat wilayah desa mereka rentan terkena abrasi karena setiap tahunnya daratan hilang sekitar 10 sentimeter sampai 30 sentimeter menjadi ancaman bagi warga pesisir.