Minimalisir Dampak Perubahan Iklim, Pelestarian Lingkungan Penting Dilakukan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Kabupaten Sikka merupakan kabupaten dengan indeks risiko bencana tertinggi di NTT dan menempati peringkat 59 dari 479 kabupaten dan kota di Indonesia.
Pengaruh fenomena monsoon menjadikan wilayah kabupaten Sikka dan sebagian besar kabupaten di NTT mengalami kekeringan. Di sisi lain penggunaan air tanah secara berlebihan mengakibatkan cadangan air menipis dan cenderung habis.
“Kami dari Perkumpulan Aktivis Peduli Hak Anak (PAPHA) Maumere memandang perlu melakukan sosialisasi mengenai perubahan iklim dan adaptasi perubahan iklim,” kata Bernardus Lewonama Hayon, aktivis PAPHA Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Sabtu (22/8/2020).

Menurut Bernardus, PAPHA memiliki salah satu program strategis yakni pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati dengan didukung oleh The Samdhana Institute.
Pihaknya memandang perlu untuk dilakukan penyadaran dan peningkatan kapasitas kepada masyarakat tentang pentingnya adaptasi perubahan iklim serta upaya konkrit berkontribusi pada adapatasi perubahan iklim tersebut.
“Anak dan perempuan, khususnya kaum muda perempuan menjadi pihak yang paling rentan mengalami dampak dari perubahan iklim sehingga perlu menjadi perhatian untuk diutamakan dalam kegiatan ini,” ungkapnya.
Bernardus menyebutkan, kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Waioti kecamatan Alok dan Desa Kolisia B di Kecamatan Magepanda, dipilih menjadi desa sasaran kegiatan dengan beberapa pertimbangan.