Budidaya Magot Diharap Rangsang Usaha Ternak Baru

Editor: Makmun Hidayat

YOGYAKARTA — Keberadaan sentra budidaya Magot yang dikelola Koperasi SHS Mandiri Krambilsawit sebagai koperasi binaan Yayasan Damandiri diharapkan mampu menggerakkan ekonomi warga Desa Cerdas Mandiri Lestari Krambilsawit, kecamatan Saptosari Gunungkidul Yogyakarta. 

Tidak hanya bertujuan menambah pendapatan warga dari hasil panen budidaya larva lalat Black Soldier Fly (BSF) saja, namun juga diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja baru, yakni lewat pengembangan budidaya lain seperti ayam petelur, ayam puyuh, dan sebagainya dengan memanfaatkan magot sebagai pakannya.

“Kita tahu, magot ini merupakan komoditas yang sangat dicari sebagai alternatif pakan ternak. Tingginya kandungan protein di dalamnya, membuat magot sangat bagus untuk pakan ayam petelur, burung kicauan,  dan sebagainya. Karena itu dengan adanya budidaya magot ini diharapkan warga juga bisa mengembangkan budidaya tersebut,” ujar Manager Usaha Koperasi SHS Mandiri Krambilsawit Emi Malina, belum lama ini.

Dengan memanfaatkan hasil panen magot yang dihasilkan sendiri, warga diharapkan bisa mendapatkan keuntungan maksimal dari budidaya ayam petelur, pedaging, ayam puyuh, bebek atau sebagainya. Pasalnya penggunaan magot bisa menekan kebutuhan pakan pabrikan yang harus dibeli peternak. Sehingga harga pokok penjualan (HPP) bisa rendah.

“Kita harapkan ke depan, warga tidak hanya sekadar membudidayakan magot ini saja, kemudian dijual dalam bentuk fress. Namun juga bisa membuka usaha ternak atau budidaya lain, lalu memanfaatkan magot yang telah dihasilkan sebagai pakannya. Sehingga keuntungannya semakin besar,” ujarnya.

Dengan hanya memanfaatkan sampah organik sebagai pakan magot, warga dinilai tidak akan kesulitan mendapatkan bahan baku. Karena limbah organik bisa ditemukan di mana saja, baik dari limbah rumah tangga, limbah pasar, limbah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) termasuk juga limbah di lingkungan sekitar berupa daun-daunan kering dsb.

Lihat juga...