Bermain Layangan, Alternatif Rekreasi Mengisi Liburan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Membuat layangan menurutnya diajarkan oleh sang ayah. Bahan utama yang digunakan berupa bambu tali, plastik bekas, benang dan kertas minyak. Berbagai jenis bahan tersebut selanjutnya akan dibentuk menjadi layangan kupu-kupu. Keseimbangan dalam pembuatan kerangka atau ragangan jadi penentu layangan bisa diterbangkan.

“Keseimbangan kerap diperoleh dengan penambahan ekor, sayap sehingga bisa terbang meskipun bentuknya besar,” papar Amir.

Musim layangan yang selalu ada saat kemarau tiba ikut menyibukkan bagi Santa, warga Desa Bakauheni. Sang cucu yang minta dibuatkan layangan akan memanfaatkan tanah lapang untuk bermain.

Santa, warga Desa Bakauheni, Lampung Selatan menerbangkan layangan milik sang cucu, Minggu (16/8/2020) – Foto: Henk Widi

Jenis layangan yang dibuat merupakan peteng, dari kata peteng yang artinya dipegangi. Layangan akan dipegangi pada lokasi yang jauh selanjutnya akan diterbangkan.

“Layangan peteng kerap dimainkan pada lokasi yang agak sempit sehingga tidak harus berlari layangan langsung terbang tinggi,” paparnya.

Biaya pembuatan layangan dengan bahan sederhana menurut Santa kurang dari Rp50.000. Sebab bahan utama yang digunakan berupa plastik bekas, benang, bambu dan lem.

Proses perekatan yang kerap memakai lem juga bisa diganti menggunakan api. Pembuatan layangan dengan cara hemat sekaligus mengedukasi anak-anak untuk bisa membuat permainan tradisional yang murah.

Jenis senar yang digunakan untuk menerbangkan layangan berupa senang pancing, tambang atau kenur. Saat angin selatan bertiup ke daratan layangan yang diterbangkan akan melambung tinggi. Bagi anak-anak ketinggian layangan hingga mayung atau tegak lurus dengan pemilik akan menjadi kebanggaan. Meski tidak dilombakan bentuk layangan yang besar, unik kerap jadi kebanggaan.

Lihat juga...