Warga Bakauheni Diminta Mulai Bijak Gunakan Air
Editor: Koko Triarko
Sahroni menambahkan, meski masih kerap turun hujan jelang kemarau, masyarakat diimbau berhemat air. Fasilitas sumur bor untuk desa Bakauheni di Semampir, merupakan aset desa. Saat kemarau, penggunaan bisa dimanfaatkan untuk distribusi bagi warga yang tinggal di wilayah sulit air. Kontur tanah perbukitan membuat warga kesulitan air saat kemarau.
“Pemanfaatan air dari sumur bor akan dikoordinir oleh dusun dengan mendata warga, kebutuhan akan diambil memakai mobil agar saat kemarau tidak harus membeli air,” terang Sahroni.
Tungki, salah satu warga Bakauheni, mengakui wilayah tersebut kerap kekurangan air bersih. Sebagian warga memilih membeli dari penyedia jasa penjual air bersih. Penyedia jasa kerap membawa tangki berkapasitas 1.000 hingga 5.000 liter. Air bersih tersebut dijual rata-rata Rp75.000 hingga Rp100.000 per tandon. Sebagian warga yang ingin berhemat memilih mengambil air dari sumur yang ada di dekat jalan tol.
Sebagai pemilik usaha jualan makanan di depan Menara Siger, Tungki dan warga lain memilih mengambil air setiap sore. Lokasi sumur yang ada di dekat Jalan Tol Trans Sumatra, menurutnya membantu masyarakat. Sebab, oleh pengelola tol lokasi yang memiliki sumur diberi beton bis, sehingga tetap bisa dimanfaatkan warga untuk mengambil air bersih.
“Banyak warga ngangsu atau mengambil air bersih karena sejak akhir Juli sudah jarang turun hujan, warga mulai kesulitan air bersih,” beber Tungki.
Mengambil air bersih dari sumur yang ada di jalan tol, menurutnya menghemat pengeluaran. Sebab, satu jerigen air bersih harus dibeli seharga Rp5.000 dari pedagang keliling.
Ia memilih mengambil air bersih dari sumur tersebut untuk kebutuhan mencuci piring dan perabotan. Kebutuhan untuk air minum tetap dibeli dari pedagang, seharga Rp3.000 berkapasitas 19 liter.