Tradisi Mapacci Suku Bugis Lestari di Lampung Selatan
Editor: Koko Triarko
Sebelum acara mapacci, ustad akan memimpin doa yang dihadiri oleh kaum laki-laki. Pembacaan doa oleh ustad akan diiringi dengan khatam Quran oleh calon pengantin wanita, sebagai simbol bekal untuk selalu rajin membaca Alquran saat menikah. Dipandu oleh guru ngaji, sejumlah surat akan dibacakan dengan memakai gulungan kulit pohon kayu manis.
“Maknanya agar calon pengantin ingat, bahwa dalam membangun keluarga harus tetap mengamalkan surat Alquran,” cetusnya.
Usai doa doa, prosesi mapacci dilanjutkan dengan acara adat di pelaminan yang disiapkan. Pohon pacar telah disiapkan pada appaccingeng, yang diisi beras menyimbolkan kesatuan jiwa, kerukunan hidup dalam rumah tangga. Sejumlah sarana lain disiapkan berupa pohon telur maulid atau bayac maudu, yang ditancapkan pada batang pisang dirangkai lengkap bersama bendera.
Berbagai sarana yang disiapkan memiliki makna yang mendalam untuk penyucian dan bekal saat pernikahan.
Usai doa, setiap kerabat terdekat akan bersimpuh di depan calon pengantin wanita. Dominan kerabat akan dipanggil sesuai urutan yang tertua dari paman, bibi dan saudara sekandung ayah dan ibu calon pengantin.
“Saat kerabat terpilih dipanggil, daun pacci akan digosokkan pada tangan pengantin sembari berdoa, memberi petuah dilanjutkan menaburkan beras kering,” terang Hajah Minah.
Ambo Kamarudin (80), sang kakek mempelai wanita asal Bone, menyebut mapacci menjadi simbol mempererat kekeluargaan. Sebab, saat menggosokkan daun pacci, kerabat bisa memberikan pesan, wasiat dan bekal bagi pengantin. Bekal tersebut bagi kerabat bisa berupa emas, uang yang berguna untuk membangun keluarga baru.