Pengembangan Hortikultura di Sikka Terkendala Modal

Editor: Makmun Hidayat

MAUMERE — Potensi tanaman hortikultura di Kabupaten Sikka, terbilang besar sebab selain untuk pangsa pasar lokal, produk hortikultura juga bisa dikirim ke wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun ke luar NTT.

Terdapat 4 kapal tol laut yang berlayar dari Pelabuhan Lauresn Say Maumere menuju berbagai pelabuhan di Provinsi NTT, Sulawesi, Kalimantan hingga beberapa daerah di Pulau Jawa serta terdapat 3 kapal Pelni yang menyinggahi pelabuhan ini.

“Untuk pasar  lokal saja produk hortikultura potensinya masih besar hanya saja budidaya hortikultura di Sikka masih dalam skala kecil,” kata petani muda di Kelurahan Wailiti Kota Maumere, Yance Maring, Senin (27/7/2020).

Yance menyebutkan, petani terkendala modal untuk mengembangkan budidaya hortikultura dalam skala besar sebab untuk satu hektare lahan saja sekali tanam butuh modal sekitar Rp30 juta.

Petani hortikultura, Yance Maring saat ditemui di kebunnya, Senin (27/7/2020). -Foto Ebed de Rosary

Modal, kata dia, diperlukan untuk membajak lahan, membuat bedeng, membeli bibit, pupuk, plastik mulsa, pestisida dan biaya tenaga kerja. Semua itu tentu terasa berat bagi petani sehingga banyak yang tidak berani mengambil risiko.

“Saya saja memulai pertama di lahan seluas sehektare butuh modal Rp50 juta. Tanam pertama gagal dan modal habis sehingga saya pinjam lagi di bank Rp25 juta tetapi itu juga habis sehingga meminjam lagi baru mulai memperoleh hasil,” ungkapnya.

Bila tekun, kata Yance, untuk satu jenis tanaman seperti lombok saja, dengan lahan seluas satu hektare petani bisa mendapatakan keuntungan minimal Rp50 juta selama 3 bulan setelah panen.

Lihat juga...