Pertanian Organik di Sikka Belum Bisa Dikembangkan Skala Besar

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

MAUMERE — Pertanian organik khususnya hortikultura di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum bisa dikembangkan dalam skala besar sebab pangsa pasarnya masih kecil.

Petani hortikultura di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di Desa Ipir, Kecamatan Bola, Sabtu (16/10/2021). Foto : Ebed de Rosary

Menurut Yance Maring, petani milenial sistem irigasi tetes, bertani organik cocok dikembangkan dalam skala rumahan di lahan yang terbatas, karena masyarakat belum terbiasa mengkonsumsinya.

“Masyarakat di Kabupaten Sikka bahkan NTT, mayoritas belum mau membeli produk pertanian organik, terutama hortikultura, karena harga jualnya lebih mahal,” kata Yance saat dihubungi, Senin (1/11/2021).

Yance mengakui, dirinya tetap menerapkan pertanian semi organik dan masih belum bisa meninggalkan penggunaan pupuk kimia serta pestisida organik.

Ia beralasan, lahan hortikultura yang dikembangkan luasnya di atas satu hektare dengan populasi tanaman hingga puluhan ribu pohon setiap jenisnya.

Menurutnya, bila menggunakan pupuk pestisida organik maka membutuhkan biaya yang lebih besar dan waktu khusus untuk membuatnya apalagi dalam jumlah banyak.

“Lahan hortikultura skala besar di Sikka bahkan di NTT semuanya masih mengandalkan pupuk dan pestisida organik. Hanya segelintir petani saja yang mengembangkan produk organik dalam skala kecil,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Ketua Kelompok Tani Sinar Bahagia Eustakius Bogar yang mengakui belum mau menerapkan pertanian organik 100 persen termasuk petani di kelompok taninya.

Lihat juga...