Peneliti: Indonesia Siap Masuki Era Nuklir
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Ketersediaan sumber daya bahan bakar, kesiapan regulasi dan keinginan masyarakat, seharusnya sudah bisa menjadi dorongan besar untuk pemerintah Indonesia menggunakan nuklir sebagai penyedia energi bersih. Selain itu, target penurunan tingkat emisi pun bisa dicapai. Tapi faktanya, hingga kini nuklir sebagai sumber energi bersih belum terlaksana.
Peneliti Utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Djarot S Wisnubroto, menyatakan dengan membandingkan target jumlah penduduk dan target PDB per kapita di 2025 dengan cadangan sumber energi, yang meliputi cadangan minyak, batu bara dan gas terlihat kebutuhan akan energi yang berasal dari nuklir menjadi suatu keharusan.

“Secara regulasi, Indonesia sudah siap. Tapi biasanya terhadang oleh PP 79 tahun 2014, yang menyatakan, bahwa energi nuklir merupakan pilihan terakhir. Padahal, banyak orang yang mengatakan, bahwa cadangan energi menipis dan energi nuklir menjadi alternatif untuk penyediaan energi,” kata Djarot saat dihubungi, Kamis (30/7/2020).
Fakta ketersediaan energi Indonesia, lanjutnya, secara angka menunjukkan pada 2019, penggunaan EBT baru mencapai 12,36 persen. Sehingga jika diperhitungkan, kemungkinan besar target 23 persen pada 2025 tidak akan tercapai.
“Beberapa tantangan yang menyebabkan PLTN terhadang adalah stigma negatif pada nuklir, potensi gempa yang ada di Indonesia, investasinya yang berdasarkan studi di Bangka Belitung sekitar 3 kali dari pembiayaan untuk PLTU, dan pernyataan, bahwa harga listriknya akan lebih mahal jika dibandingkan harga listrik dari sumber daya batu bara,” urai Djarot.