Pemprov NTT Siapkan Anggaran Untuk Pertanian Irigasi Tetes

Editor: Koko Triarko

“Banyak yang terapkan sistem ini di Timor, tapi masih skala kecil. Saya salut, dia gunakan teknologi penyiraman tanaman dan pemupukan hanya dengan mengirim pesan singkat melalui telepon genggam,” ungkapnya.

Viktor juga berpesan, agar setelah lahan siap dan ditanami, dirinya akan datang lagi mengecek hasilnya. Dirinya menekankan, agar serius bekerja, jangan hanya sekadar proyek saja, dan tidak ada hasilnya.

“Kalau lahan pertanian 100 hektare di sini berhasil, kita ajak daerah lain untuk menanam dengan sistem yang sama. Kalau ada lahan 20 ribu hektare, kita bisa berhenti impor bawang dan hortikultura dari luar NTT,” tegasnya.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritius Terwinyu da Cunha, mengatakan lahan sistem irigasi tetes sangat cocok dikembangkan di musim panas, sementara lahan pertanian di Sikka banyak dikembangkan di musim hujan.

Setelah musim hujan, kata Mauritius, banyak lahan pertanian yang tidak digarap karena kesulitan air untuk penyiraman. Sistem irigasi tetes merupakan salah satu upaya mengatasi kesulitan air di musim kemarau.

“Penggunaan sistem irigasi tetes merupakan salah satu upaya mengatasi kesulitan air di musim panas. Dengan sistem irigasi tetes, air cuma akan menetes di batang pohon saja dan menyerap ke akar tanaman,” terangnya.

Dengan penggunaan sistem irigasi tetes ini, sambung Mauritius, dalam kurun waktu satu jam baru bisa mendapat satu liter air. Sistem pertanian irigasi tetes juga bisa menghemat tenaga kerja untuk penyiangan, sebab hanya sedikit gulma atau rumput yang tumbuh di sekitar tanaman.

Bila penyiraman tanaman menggunakan sprinkler, sebutnya, semua lahan akan tersiram sehingga tentunya membutuhkan banyak air. Untuk wilayah Kabupaten Sikka, sistem ini baru dikembangkan di kebun milik petani muda di Kelurahan Wailiti, Kecamatan Alok Barat.

Lihat juga...