Menjaga Tradisi Sedekah Bumi di Kampung Kranggan
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Abah Emis, mengakui tradisi Babaritan tidak hanya digelar di Keramat Selamiring, bahkan Jumat depan, giat serupa akan dilaksanakan di Hulu Cai salah satu makam yang di keramatkan.
Tradisi Babaritan dilengkapi dengan sesajen, dan dalam upacaranya dipimpin oleh salah seorang disebut kolot memimpin doa, dalam tradisi buhun. Lafal doa disebutkan dalam bahasa sunda, untuk menyampaikan maksud dan tujuan salah satu memohon keselamatan dan keberkahan.
Kemudian setelah Kolot selesai melafalkan doa atau disebut Buhun, dilanjutkan doa yang dipimpin langsung oleh salah seorang ustad yang diundang langsung untuk mendoakan sesuai syariah islam di dalam makam yang sangat dikeramatkan warga adat Kranggan yang mereka sebut makam Mbah Uyut begitu saja.
“Tahun ini kami mendoakan semoga Indonesia segera bebas dari pandemi covid-19.Selanjutnya tentu ingiin mendapat keberkahan atau tolak balak,”paparnya.
Ada kebersamaan yang terus dilestarikan melalui tradisi babaritan tersebut, yang digelar Jumat Sore dua hari lalu itu, terlihat warga secara ikhlas bergotong royong memasak, semua bahan yang dikumpulkan dari sumbangan warga untuk kegiatan sebagai hidangan dalam sedekah bumi.
Dari warga secara ikhlas memberi sumbangan seperti hewan ternak berupa ayam, kambing, beras ataupun uang tunai untuk dibelanjakan guna keperluan ritual adat tersebut. Tak lain untuk disajikan dalam sedekah bumi tersebut.
“Alhamdulillah, tahun ini acara Babaritan, memotong tiga ekor Kambing, semua dari sumbangan warga Kranggan di berbagai tempat. Ini juga sebagai ajang silaturrahmi, warga Kranggan yang hadir dari berbagi tempat,”ucap Abah Emis.