Konservasi Penyu di Pasir Jambak Beri Edukasi

Editor: Koko Triarko

Begitu juga soal pendanaan, karena Jambak Sea Turtle berdiri atas inisiasi dirinya bersama teman-temannya, dana mendirikan konservasi itu digunakan dana pribadi, tanpa ada suntikan dana pemerintah.

Bahkan, ia pun tidak segan menjual sejumlah motor nya, demi untuk memodali membangun tempat konservasi penyu tersebut. Kini, Yose telah menikmati hasil, karena sejak adanya Jambak Sea Turtle, kesadaran masyarakat tentang melindungi penyu makin baik.

“Jadi karena kawasan di sini adalah kawasan wisata, banyak yang berkunjung diberi kesempatan untuk melepas tukik. Tujuannya, memberikan edukasi kepada banyak orang, bahwa penyu harus dilindungi dan bukan diburu,” jelas dia.

Salah seorang pengunjung di Jambak Sea Turtle, Yudi, mengaku sangat senang bisa melakukan pelepasan tukik atau anak penyu di kawasan pantai Pasir Jambak. Baginya, suatu kenangan yang terindah diberi kesempatan menjadi bagian dari pelepasan tukik.

“Selama ini saya melihat penyu yang sudah berukuran besar, terutama saat nonton di televisi. Sekarang saya bisa melepaskan langsung ke habitatnya. Saya memang belum pernah melakukan pelepasan tukik ini,” sebutnya.

Yudi juga baru menyadari, bahwa ada tata cara untuk melepaskan tukik-tukik itu. Pelepasan tukik tidak bisa dilakukan di waktu terik matahari atau di waktu siang. Tapi, dilakukan di waktu sore atau, bahkan di waktu pagi.

“Saya dapat arahan dari Yose, ternyata tukik itu jika dilepaskan, ya dibiarkan saja tekniknya berjalan menuju pantai, jangan dilempar langsung ke laut, karena berisiko tukiknya bisa mati,” ucapnya.

Menurutnya, dengan ada kesempatan lepasliarkan tukik, ia menyadari bahwa kehidupan tukik tersebut butuh untuk dilindungi. Di masa telur, sudah menjadi buruan manusia. Belum lagi ketika sudah menetas, permasalahan hidup penyu tidak berakhir di sana.

Lihat juga...