Euro terakhir menguat 0,79 persen pada 1,1726 dolar AS, setelah sebelumnya mencapai 1,1781 dolar AS, level tertinggi sejak September 2018.
Mata uang tunggal dapat memperpanjang kenaikan menjadi 1,20 dolar AS jika wilayah tersebut mampu menahan kebangkitan Virus Corona, kata Moya.
“Saya pikir Anda akan melihat jumlah investasi dan posisi pasar yang stabil akan kembali ke Eropa, dan itu akan memberikan ruang bagi pelemahan lebih banyak di sini dengan dolar AS,” katanya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata utama lainnya, merosot 0,72 persen menjadi 93,68. Indeks sebelumnya jatuh ke 93,47, terendah sejak Juni 2018.
Ukuran luas dari posisi dolar pada Jumat (24/7/2020) menunjukkan bahwa posisi jual bersih di greenback pekan lalu naik ke level tertinggi sejak April 2018.
Mata uang safe-haven yen Jepang menguat karena kekhawatiran tentang memburuknya hubungan AS-China. Ketegangan meningkat setelah Washington pekan lalu memerintahkan konsulat China di Houston untuk ditutup, mendorong Beijing untuk menutup konsulat AS di Chengdu.
Dolar turun 0,66 persen menjadi 105,42 yen, setelah sebelumnya turun menjadi 105,13 yen, terlemah sejak 13 Maret.
Sterling naik ke tertinggi lebih dari empat bulan pada Senin (27/7/2020), didorong oleh pelemahan dolar dan karena ketidakpastian Brexit serta prospek ekonomi Inggris membuat sebagian besar investor tetap berada di luar pasar. (Ant)