Transformasi Digital Dukung Pembangunan Berkelanjutan
Editor: Koko Triarko
Prasyarat ini dipenuhi dengan menggunakan enabler technology seperti drone and robots, mobil tanpa awak, custome manufacturing and 3D printing, artificial intelligence, IoT, big data analytics, cloud, dan teknologi lainnya.
“Transformasi Digital ini nantinya akan digunakan dalam tiga ruang lingkup, yaitu di pemerintahan (digital government), dunia usaha (digital economy), maupun masyarakat (digital society),” papar Mira Tayyiba.
Perkembangan dan pemanfaatan digital memang sudah menjadi keniscayaan. Namun, Mira juga mengingatkan mengenai Digital Paradox. Digital memberikan peluang kepada semua orang/negara untuk berkembang, bahkan leap-frog, tetapi juga akan memperbesar kesenjangan bila tidak memiliki kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan, serta bertransformasi.
“Digital gap terjadi bukan hanya pada masyarakat pengguna, tetapi juga pelaku usaha dan bahkan instansi pemerintah. Bila gap ini tidak kita tutup, maka gap ini akan makin membesar,” tegas Mira.
Untuk itu, yang bisa menjamin inklusivitas dalam Tranformasi Digital tersebut adalah infrastruktur, literasi digital dan digital talent, serta pola pikir dan budaya digital.
Mira pun kembali menegaskan pentingnya kolaborasi dan sinergi dari berbagai pemangku kepentingan.
“Desain Transformasi Digital ini bukan hanya milik pemerintah. Kami tidak bisa bergerak sendiri, semua pemangku kepentingan harus terlibat. Untuk itu, kami membuka diri untuk menerima masukan dan ide-ide kritis dari pelaku usaha, komunitas, akademisi, media, maupun masyarakat secara umum,” pungkasnya.