Pendapatan Tukang Cukur Rambut di Lamsel, Menurun
Editor: Koko Triarko
Sarno, penyedia jasa pangkas rambut lainnya juga mengaku hasil yang diperoleh menurun. Sebagai penyedia jasa pangkas rambut yang kerap mangkal di pelabuhan Bakauheni, ia menyasar sejumlah sopir dan pengurus jasa penyeberangan. Berkurangnya jumlah kendaraan yang menyeberang membuat konsumennya berkurang.
“Pelanggan biasanya merupakan pengemudi truk, kernet dan penyedia jasa ekspedisi, selama Covid-19 hasil dari jasa pangkas rambut berkurang,” terang Sarno.
Sebelum Covid-19, dalam sehari ia bisa memangkas rambut hingga 10 orang. Namun selama Covid-19, ia memilih tidak menawarkan jasa pangkas rambut di pelabuhan. Ia memilih lokasi usaha pangkas rambut di pasar tradisional yang buka setiap Selasa, Kamis dan Jumat.
Penyedia jasa pangkas rambut dengan lokasi tetap, Jumad, menyebut pendapatan anjlok hingga 60 persen. Pemilik usaha pangkas rambut di Dusun Buring, Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan itu mencatat pelanggan yang memangkas rambut menurun signifikan.
Dalam sebulan, penghasilan dari memangkas rambut mencapai Rp6 juta hingga Rp7 juta. Selama masa Covid-19, hasil hanya mencapai Rp3juta, bahkan hanya Rp2 juta per bulan. Penurunan jumlah pelanggan dipengaruhi masa siswa belajar dari rumah atau libur. Sebab, pelanggan tetap sebagian dominan dari pelajar sekolah SD hingga SMA.
“Jumlah pelanggan yang datang berkurang, karena kuatir Covid-19, bahkan saya sempat menutup usaha,” cetusnya.
Masa adaptasi new normal, sebut Jumad, akan menjadi masa untuk meningkatkan omzet. Sebagian pelanggan yang datang dominan merupakan warga sekitar.
Ia telah menyediakan tempat cuci tangan, agar warga yang datang untuk memangkas rambut menjaga kebersihan. Selain itu, ia rutin mengenakan masker jauh sebelum Covid-19 merebak.