Gandos, Nostalgia Cita Rasa Kue Tradisional khas Semarangan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

SEMARANG — Bau harum kelapa segera tercium, saat penutup loyang cetakan penggorengan dibuka. Pinggiran gandos yang berwarna kecokelatan, menandakan kue kue berbahan dasar tepung beras, dicampur santan kelapa tersebut sudah matang.

Taburan gula bubuk yang manis, sebagai pelengkap, menjadikan rasa gandos terasa gurih dan nikmat, memberikan nuansa nostalgia pada cita rasa kue tradisional khas Semarangan.

Untuk menikmati kelezatan kue gandos, bukan perkara yang mudah. Pasalnya, penjual kue tradisional ini, jumlahnya bisa dihitung pakai jari.

Salah satunya, Widodo. Pria 24 tahun ini mengaku baru dua tahun terakhir berjualan kue gandos. Sebelumnya, dia memilih berjualan bakso keliling. Dalam sehari-hari, dirinya mengaku berkeliling, namun untuk pagi hari, berjualan di jalan Bukit Sari Raya Semarang. Persis didepan asrama militer.

“Bahan membuat kue gandos, hanya tepung beras diaduk dengan santan kelapa hingga sedikit cair. Lalu diberi garam secukupnya. Setelah adonan siap, dituang dalam loyang cetakan yang sudah diberi margarin agar tidak lengket,” paparnya, disela berjualan, Sabtu (27/6/2020).

Cetakan kue gandos tersebut seperti cetakan kue pukis, namun memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil. Satu per satu cetakan pun dipenuhinya dengan adonan, hingga seluruh cetakan yang berjumlah 20 cetakan tersebut penuh. Setelah penuh, loyang pun ditutup supaya cepat matang.

“Masaknya sekitar 5 menit. Kalau pinggiran gandos sudah kecokelatan, sementara bagian tengahnya sudah terlihat kenyal, tidak cair lagi, tandanya kue sudah matang,” jelasnya.

Harga tersebut pun diakuinya sudah dinaikkan beberapa kali mengingat bahan baku pembuatan adonan dan biaya hidup yang semakin naik. Bahkan jika harga kebutuhan terus bertambah, bisa jadi harga jual menjadi seribu rupiah per potong.

Lihat juga...