Bung Karno & Pak Harto (Bagian 3)

OLEH NOOR JOHAN NUH

Sangat mungkin  Bung Karno akan marah besar kepada Pak Harto jika surat itu tidak ada. Menurut Jenderal Yusuf dalam biografinya —Panglima Para Prajurit— “Tidak ada jenderal yang berani membantah jika Bung Karno sedang marah, dan hanya beberapa orang jenderal saja yang bisa berdialog tajam dengan Bung Karno.”

Tiga Kali Berbeda dengan Bung Karno

 Adapun ketidaksesuaian itu, pertama, Pak Harto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat pada pagi hari. Siang hari pimpinan Angkatan Darat diambil alih oleh Bung Karno, namun dalam pengumuman melalui RRI pada malam hari 1 Oktober 1965, Pak Harto tetap menyatakan sebagai pimpinan sementara Angkatan Darat.

Kedua, Pak Harto tidak mengizinkan Jenderal Pranota dan Jenderal Umar memenuhi panggilan Bung Karno ke Halim. Dan ketiga, Pak Harto dengan kalimat  yang dibingkai sangat halus meminta Bung Karno meninggalkan Halim. “Usahakan Bapak meninggalkan Halim sebelum tengah malah,” pesan Pak Harto kepada Bambang Wijanarko.

Dalam pertemuan di Istana Bogor,  Bung Karno mengatakan kepada Pak Harto; “Kejadian ini, kejadian biasa dalam revolusi. Dan kita harus mengerti, malah dalam hal ini kita harus prihatin. Dan Angkatan Darat jangan sampai mencurigai Angkatan lain. Omar Dani telah memberi tahu kepada saya, Angkatan Udara tidak tahu menahu mengenai peristiwa ini.”

Setelah itu Pak Harto melaporkan kepada Bung Karno bahwa ia mengambil keputusan mengambil alih  pimpinan Angkatan Darat setelah mengetahui Jenderal A Yani diculik dan tidak diketahui keberadaannya.  Hal ini sesuai dengan standing order di Angkatan Darat, jika Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal A Yani berhalangan maka Panglima Kostrad Mayor Jenderal Soeharto yang menggantikan.

Lihat juga...