Bung Karno & Pak Harto (Bagian 3)

OLEH NOOR JOHAN NUH

Melalui Kolonel Bambang Wijanarko, Mayor Jenderal Soeharto sebagai pimpinan Angkatan Darat,  tidak mengizinkan dua orang jenderal yang dipanggil itu untuk datang ke Halim.

Pertimbangan Pak Harto adalah apakah Presiden Soekarno di Halim dalam keadaan tersandera atau diamankan oleh kelompok pemberontak G30S atau tidak? Juga menjadi pertimbangan situasi saat itu penuh ketidakjelasan di mana enam jenderal Angkatan Darat diculik, wajar jika Pak Harto mengkhawatirkan jika dua jenderalnya datang ke Halim yang keadaan di sana belum diketahui.

Tentu  Presiden Soekarno kecewa atas penolakan Mayor Jenderal Soeharto tidak memperkenankan dua jenderal  tersebut datang ke Halim memenuhi panggilannya.  Apa yang ada dibenak Bung Karno mendengar penolakan dari Pak Harto? Marah?

Dualisme Pimpinan Angkatan Darat

Sore harinya, Presiden Soekarno mengumumkan melalui radio AURI bahwa pimpinan Angkatan Darat diambil alih  oleh presiden dan menetapkan Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro sebagai pelaksana harian pimpinan Angkatan Darat.

Namun demikian, setelah RRI direbut dari penguasaan pemberontak G30S selepas magrib,  Pak Harto tetap mengumumkan bahwa ia telah mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.

Pada hari itu, terjadi dualisme pimpinan Angkatan Darat yaitu  Presiden Soekarno dan Mayor Jenderal Soeharto. Kembali dipertanyakan, apa yang ada dibenak Bung Karno dengan pengumuman itu?

Malam harinya, Jenderal AH Nasution yang pada pagi lolos dari pembunuhan, bergabung ke markas Kostrad, juga datang kembali Kolonel Wijanarko dan menceritakan kemarahan Bung Karno karena dua jenderal tersebut tidak diperkenankan datang ke Halim. “Soeharto, koppig,” ujar Presiden Soekarno.

Lihat juga...