Tanamkan Budi Pekerti Lewat Dongeng Wayang Fabel
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Dunia anak adalah dunia imajinasi. Anak memiliki dunia sendiri dan tak jarang mereka berbicara dengan teman khayalannya. Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, sisipan pendidikan budi pekerti lewat cerita dongeng pun bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Hal tersebut coba ditunjukkan penulis dan akademisi Muhajir Arrosyid. Lewat pentas wayang fabel, dengan menggunakan tokoh-tokoh hewan, dirinya memberikan edukasi budi pekerti bagi anak-anak lewat cerita dongeng yang diangkatnya.
“Dongeng sangat disukai oleh anak-anak sebab ceritanya menarik. Selain itu, dongeng yang dibacakan juga merangsang anak-anak untuk turut berimajinasi. Lewat dongeng pesan-pesan kebajikan dan edukatif bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan,” paparnya, saat ditemui di Semarang, Kamis (28/5/2020).
Untuk lebih menarik minat anak-anak, dalam mendengarkan cerita dongeng yang dipaparkan, dirinya memilih menggunakan alat peraga berupa wayang fabel, berwujud hewan-hewan yang terbuat dari kertas karton. Tidak sekedar bercerita, pada akhir pentas juga diselingi diskusi tentang pesan-pesan edukatif yang disampaikan dalam cerita tersebut.
“Misalnya,dalam mengampanyekan isu anti-perundungan atau anti-bulliying, saya sampaikan lewat dongeng Sidang Para Menthok,” terangnya.
Muhajir lewat dongengnya itu bercerita tentang aksi perundungan lewat penokohan kucing dan menthok. Diceritakan, kucing menghina menthok sebab ukuran tubuhnya yang pendek dan jalannya lambat. Tidak bisa lari seperti kucing. Namun, saat tiba-tiba datang banjir, justru menthok yang bisa lebih dahulu menyelematkan diri ketimbang kucing. Kucing tak bisa berenang, menthok bisa.