Sepi Order, Pasangan Difabel di Sikka Jahit Masker
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Albina mengaku, harga karet satu rol dulu cuma Rp25 ribu tetapi sekarang naik menjadi Rp45 ribu bahkan mencapai Rp100 ribu.
Dirinya bersyukur bisa mendapatkan uang untuk membiayai kehidupan keluarga dengan 6 orang anak.
“Lumayan bisa membiayai kehidupan keluarga di tengah wabah Corona. Kami juga sedang melobi pihak sekolah agar bisa membeli masker menggunakan dana yang dimiliki,” tuturnya.
Yoseph Laku, sang suami menambahkan, sejak 19 tahun silam dirinya bersama sang istri mengontrak los di lantai 2 pasar tingkat yang saat ini sebulannya biaya sewa Rp146 ribu.

Yoseph mengaku, paling alergi kalau bicara bantuan karena meskipun dia dan sang istri difabel, namun keduanya tidak pernah mengharapkan bantuan dari pihak mana pun.
“Kami tidak mengharapkan bantuan pemerintah atau pihak mana pun, sebab lebih baik mandiri. Pernah ada pihak kelurahan kasih bantuan usaha ternak ayam, namun kami tolak. Sebab lebih baik bantuan diberikan sesuai keahlian dan usaha yang kami sedang jalani,” ungkapnya.
Yoseph mengaku untuk membeli dua mesin jahit listrik dengan harga Rp4 juta per unit, dirinya meminjam dana Kredit Usaha Rakyat dari bank agar usahanya bisa bertahan bahkan berkembang.
“Untungnya uang sewa los di pasar juga belum ditagih. Orang seperti kami ini jangankan diberikan bantuan, melihat saja orang tidak mau,” terangnya.
Yoseph mengaku, saat normal dalam sehari minimal dia dan sang istri menjahit minimal 4 pakaian dengan pemasukan bisa Rp1 juta. Sementara hari raya bisa lebih bahkan hingga malam hari masih saja menjahit pesanan orang.