Di Tengah Pandemi Covid-19, Pemerintah Utamakan Tiga Hal

Editor: Koko Triarko

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartiko Wirjoatmodjo pada zoom meeting di Jakarta, beberapa waktu lalu. Foto: Sri Sugiarti.

Ada pun sektor industri syariah khususnya perbankan syariah, menurutnya, ada beberapa keunggulan di tengah hantaman wabah Covid-19 ini, yakni dari sisi aset.

Hal ini karena kredit di perbankan syariah underline-nya sangat jelas, yakni ada aset yang benar-benar terprediksi daya saingnya.

“Dari sistem keuangan juga menggunakan bagi hasil, bukan bunga. Nah, ini diharapkan bisa memberikan ketahanan yang lebih kuat dari sisi kualitas aset, dibandingkan dengan perbankan konvensional,” tandasnya.

Kemudian, tambah dia, kalau dilihat dari sisi likuiditas, perbankan syariah itu memiliki nasabah fanatisme. Mereka menabung di bank syariah bukan karena bunga, tapi berdasarkan kenyakinan.

“Mereka menyakini, menabung di bank syariah sesuai dengan prinsip atau ajaran Islam,” ungkapnya.

Dia berharap, di tengah wabah pandemi Covid-19 ini, likuiditas perbankan syariah tidak akan kekurangan atau tergerus likuiditasnya. Karena justru di kondisi seperti ini perbankan syariah bisa mendapatkan nasabah dari sisi tabungan yang lebih luas lagi.

Terpenting lagi, sebutnya, perbankan syariah dapat berekspansi dengan sistem digitalisasi untuk meningkatkan pertumbuhannya di tengah badai Covid-19, dan juga ke depannya.

Masyarakat juga harus diberikan diedukasi tentang keuangan syariah, sehingga mereka menjadi paham, bahwa menempatkan dana atau menabung di bank syariah sangat aman. Bahkan, dalam  jangka panjang juga dipastikan tidak ada guncangan dari sisi likuiditas.

Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah, Wahyu Avianto, mengaku pihaknya sangat optimis menghadapi hantaman wabah pandemi Covid-19 yang mengancam semua sektor, termasuk perbankan syariah.

Lihat juga...