Dampak Corona, Petani Hortikultura di Sikka Merana
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Merebaknya pandemi Corona termasuk di Kabupaten Sikka membuat para petani hortikultura di Kabupaten Sikka khususnya petani lombok dan tomat, mengalami kerugian akibat hasil panen tidak terserap pasar.
Kondisi ini membuat para petani terpaksa melepas produknya ke pasaran dengan harga murah. Tetapi tidak semua hasil produksi terserap pasar sehingga pihaknya harus menjual dari rumah ke rumah.
“Mau bagaimana lagi, kondisinya memang seperti ini sehingga kami terpaksa menjual dengan harga murah, yang penting bisa mendapatkan sedikit keuntungan,” kata Albertus Marianus Moa Desa, petani hortikultura di Desa Nitakloang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, NTT, Senin (18/5/2020).

Albertus menyebutkan, harga tomat yang biasa dijual minimal Rp10 ribu per kilogram terpaksa dijual dengan harga Rp5 ribu sampai Rp6 ribu per kilogram.
Sementara itu sebutnya, harga cabai keriting yang biasanya dijual minimal seharga Rp30 ribu per kilogram, bahkan bisa mencapai Rp50 ribu per kilogram terpaksa dijual dengan harga Rp10 ribu per kilogram.
“Kami jual di pasar Alok yang merupakan pasar terbesar pun pedagang di pasar tidak banyak yang membeli. Terpaksa kami menjual sendiri dengan harga murah yang penting bisa dapat uang,” sebutnya.
Hal senada disamapaikan Benny Pongoh, petani Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, yang terpaksa menjual aneka sayuran seperti kangkung dan bayam di Pasar Alok dengan harga murah.