Banjir di Lampung Selatan Akibat Alih Fungsi Lahan
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Banjir yang Kecamatan Bakauheni,Ketapang dan Sragi di Lampung Selatan, merupakan imbas dari berkurangnya fungsi resapan di kawasan perbukitan, Senin (4/5/2020).
Banjir yang dipicu turunnya hujan deras tidak hanya merusak areal pertanian. Kerusakan juga dialami areal tambak, infrastruktur jalan, jembatan dan perumahan. Di Kecamaran Sragi, puluhan hektare lahan padi dan tambak udang terendam banjir. Susilo, salah satu petambak udang dan bandeng di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi menyebut, luapan sungai Way Sekampung masih merendam kawasan bantaran sungai. Banyak petambak yang memilih melakukan panen dini.

Panen dini dipilih, karena potensi banjir masih ada, terutama kiriman dari sejumlah sungai kecil yang ada di wilayah tersebut. Alih fungsi lahan yang seharusnya menjadi daerah penangkapan air, menyebabkan air tidak dapat diserap dengan baik.
Air langsung mengalir ke sungai setelah beberapa wilayah perbukitan dijadikan lahan penanaman jagung tanpa pohon kayu. “Saat hujan dengan intensitas tinggi, air tidak bisa diresapkan langsung terbawa arus sungai apalagi hujan berbarengan dengan masa panen jagung dan padi sebagian limbah pertanian terbawa banjir,” terang Susilo saat ditemui Cendana News, Rabu (6/5/2020).
Di Kecamatan Ketapang, banjir merendam 79 rumah di Dusun Sumur Induk, 50 rumah di Desa Sumur, 15 rumah di Desa Ruguk dan di Dusun Muara Bakau ada 30 rumah yang terendam. Kawasan yang berada di kaki Gunung Pancong tersebut terdampak paling parah. Selain permukiman, akibat banjir fasilitas umum seperti jalan aspal dan jembatan juga mengalami kerusakan.