Tradisi Ceblok Hilang, Petani Kesulitan Peroleh Tenaga Kerja
Editor: Makmun Hidayat
LAMPUNG — Tradisi ceblok dalam dunia pertanian di Lampung Selatan (Lamsel) mulai ditinggalkan oleh warga. Imbasnya saat musim panen sejumlah petani kesulitan memperoleh tenaga kerja.
Mawardi, salah satu petani di Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebut terpaksa memanen padi miliknya dengan sistem upahan. Semenjak awal masa panen satu bulan silam ia menyebut petani memilih mengupah tenaga kerja.
Cara yang digunakan dalam proses pemanenan masih menerapkan sistem tradisional. Sistem ngarit dengan sabit masih diterapkan meski sebagian petani mulai menerapkan panen dengan combine harvester dan alat dodos.
Penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) sulit dilakukan karena kontur tanah yang tidak rata. Solusi panen yang dilakukan dengan cara tradisional menggunakan sabit. Pada kondisi normal pemanen merupakan warga yang menanam bibit padi sejak awal atau ceblok. Tradisi ceblok dilakukan sebagai bentuk gotong royong petani sejak masa tanam hingga panen padi.
“Pada kondisi normal tradisi ceblok dilakukan dengan meminta minimal lima orang untuk menanam bibit padi selanjutnya saat panen proses pemanenan keluarga dilibatkan, namun tradisi tanam dan panen ceblok mulai ditinggalkan,” terang Mawardi saat ditemui Cendana News, Minggu (26/4/2020).

Tradisi ceblok menurutnya berlangsung sejak puluhan tahun silam di Desa Kelaten. Namun semenjak lima tahun terakhir imbas hasil panen yang kerap gagal membuat sistem ceblok ditinggalkan. Saat hasil panen gagal imbas hama tikus,wereng membuat petani yang menerapkan sistem ceblok tidak mendapatkan hasil.