Perekonomian Global Diprediksi Alami Resesi Akibat Covid-19
Editor: Koko Triarko
Indonesia sendiri telah memutuskan untuk menggelontorkan anggaran sebesar Rp405,1 triliun. Anggaran itu difokuskan untuk belanja di sektor kesehatan, social safety net, dan membantu dunia usaha, serta untuk mendukung program pemulihan ekonomi.
Lebih lanjut, di tempat yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan seluruh bank sentral dunia telah melakukan penurunan suku bunga, melakukan injeksi likuiditas, dan mengurangi berbagai beban di sektor ekonomi, sebagai respons atas penyebaran Covid-19.
“Karena global Covid pandemi ini telah membawa kepanikan pasar keuangan global, sehingga mendorong mereka untuk menarik investasinya di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Hal ini juga menyebabkan terjadinya pengetatan dolar di seluruh dunia,” ujar Perry.
Perry mengutarakan, bahwa BI hingga saat ini telah mengeluarkan beberapa bauran kebijakan moneter untuk memberi daya dukung pada perekonomian nasional dan menjaga stabilitas.
“Pertama kami menurunkan suku bunga kebijakan BI7DRR pada Februari dan Maret, masing-masing sebesar 25bps. Meningkatkan intensitas triple intervention di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN. Menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Valas bank umum konvensional dari semula 8 persen menjadi 4 persen,” paparnya.
Selain itu, BI juga sudah memperpanjang tenor repo SBN dan lelang tiap hari, untuk memperkuat pelonggaran likuiditas rupiah dan menambah frekuensi lelang FX Swap menjadi setiap hari, untuk memastikan kecukupan likuiditas.
Kemudian memperluas jenis underlying transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lindung nilai atas kepemilikan rupiah di Indonesia. Serta melonggarkan ketentuan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM).