Kartu Prakerja Diprioritaskan untuk Korban PHK
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Pamdemi Covid-19 telah membuat 375.000 pekerja formal terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK). Sedangkan, dari sisi pekerja informal ada sekitar 315.000 orang yang kini harus menjadi pengangguran.
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa mereka yang terkena PHK akan menjadi prioritas paling utama di dalam penerimaan program Kartu Prakerja.
“Mereka yang di-PHK akan dimasukkan ke program Kartu Prakerja secara bertahap dan bergelombang dalam waktu 4-5 minggu ke depan. Termasuk bagi para Pekerja Migran Indonesia (PMI), baik yang dipulangkan maupun yang gagal diberangkatkan,” terang Airlangga di Jakarta, Kamis (30/4/2020).
Hingga saat ini, jumlah akun yang telah mendaftar di situs Kartu Prakerja tercatat sekitar 9 juta orang, dan yang telah berhasil lolos verifikasi pada Gelombang 1 dan 2 sebanyak 456.000 orang.
“Terbanyak berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Di situ sebanyak 18 persen mengambil fasilitas melalui perbankan, yaitu BNI, dan sisanya melalui e-wallet,” tukas Airlangga.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, mengatakan, bahwa kelas belajar Bahasa Inggris menjadi pilihan paling digemari oleh para peserta Kartu Prakerja.
“Pelatihan yang paling digemari itu Bahasa Inggris, yang terdiri dari paket grammar dan TOEFL. Ini yang paling diminati,” tandasnya.
Denni juga mengatakan, bahwa jumlah mitra penyedia layanan pelatihan di program kartu prakerja masih akan terus bertambah.
“Pemerintah masih membuka kesempatan bagi lembaga pelatihan milik pemerintah atau swasta yang ingin bergabung menjadi mitra pelatihan pada gelombang berikutnya,” tukas Denni.