Pedagang Jamu Tradisional Alami Peningkatan Pesanan Imbas Corona
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Munculnya virus Corona atau Covid-19 secara tidak langsung berdampak pada usaha penjualan jamu tradisional.
Supiati, pedagang jamu tradisional di pasar Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) menyebut jamu tradisional kembali digemari. Sebab kekhawatiran masyarakat akan Covid-19 membuat warga memilih minum jamu.
Supiati menyebut sebelum virus Corona yang berasal dari China merebak, jamu miliknya hanya diminati sejumlah kalangan. Namun kesadaran masyarakat menjaga stamina tubuh terutama saat musim penghujan meningkat.
Berbagai informasi anjuran menjaga kesehatan tubuh mencegah Covid-19 menurut Supiati menguntungkan pedagang jamu tradisional.
Berbagai jenis jamu tradisional yang diminati semenjak muncul Covid-29 menurut Supiati dominan berupa mpon mpon.
Jamu tersebut merupakan campuran sereh, jahe merah, kunyit, temu lawak, kayu manis, gula merah. Bagi warga pedesaan minum jamu masih dipertahankan menjaga stamina tubuh. Sebagian konsumen memilih minum air jahe, kunyit, sirih, uyup uyup.
“Sebelum ada virus Corona penjualan jamu tradisional sudah banyak diminati, sepekan terakhir bertambah apalagi dipastikan sudah ada warga Indonesia yang positif terkena virus tersebut,” terang Supiati saat ditemui Cendana News, Selasa (3/3/2020).
Jamu tradisional yang dibuat menurut Supiati berasal dari sejumlah rempah-rempah. Bahan tersebut diperoleh dari kebun dengan pengolahan tanpa bahan kimia.
Jamu yang dibuat pagi umumnya sudah habis siang hari sehingga dipastikan kesegarannya. Sehari ia bisa membuat sekitar 30 liter jamu dan kini meningkat menjadi sekitar 50 kilogram jamu yang berbentuk cair.