BEKASI – Ismail Marzuki, lelaki Betawi asli, kelahiran Kwitang – Jakarta, 11 Mei 1914 dikenal bukan saja sebagai komponis dan pencipta puluhan lagu perjuangan atau nasional, namun juga pencipta lebih dari 250 lagu lainnya.
Karya lagu Ismail Marzuki, seperti Aryati, Gugur Bunga, Melati di Tapal Batas (1947), Wanita, Rayuan Pulau Kelapa, Sepasang Mata Bola (1946), Bandung Selatan di Waktu Malam (1948), O Sarinah (1931), Keroncong Serenata, Kasim Baba, Hari Lebaran, Halo-Halo Bandung hingga Indonesia Pusaka dan lainnya terus melegenda.
Berkat kepiawaiannya dalam menciptakan lagu serta syair dalam beberapa bahasa disertai memainkan berbagai alat musik, pada 2004 Pemerintah RI menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional kepada Bang Maing, demikian sapaan akrabnya.

Budayawan Betawi Bekasi, Maja Yusirwan, akrab disapa Majayus Irone, mengakui bahwa hal tersebut adalah sebuah ganjaran yang pantas untuk lelaki hebat sekaliber Ismail Marzuki.
Menurutnya, sisi menarik untuk dikulik dari sosok komponis Ismail Marzuki adalah dari kehidupannya yang berkenaan dengan pendidikan, proses belajar, serta prestasi di bidang tersebut.
“Ismail Marzuki memang bukan manusia sempurna dalam capaian pendidikannya. Dia yang pernah hidup di dua masa penjajahan Jepang dan kolonial Belanda, tentu tidak mudah untuk mengecap pendidikan yang baik,”ujar Aki Maja, kepada Cendana News, Minggu (1/3/2020).