Garuda Indonesia ‘Babak Belur’ Akibat Kebijakan Saudi

Dirut PT Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, saat ditemui usai menghadiri Manasik Umrah Patuna Travel, di Jakarta, Minggu (8/3/2020). –Foto: Amar Faizal

“Ini bukan kerugian, tapi peluang mendapat keuntungan, itu ditaksir kita bisa lost sekitar Rp2 triliun jika memang fixed penghentian ini berlangsung selama 14 hari,” ujar Syam, di tempat yang sama.

Syam menjelaskan, bahwa angka tersebut muncul bila berkaca pada tren keberangkatan jemaah umrah dalam lima bulan terakhir, rata-rata setiap bulan PPIU memberangkatkan 110.000 jemaah.

“Jadi lima bulan 550.000 jemaah. Kalau kita bulatkan menjadi 100.000 jemaah per bulan, apabila 14 hari (2 minggu) dihentikan tentu akan ada 50.000 jemaah yang tidak berangkat. Lalu kita kaliakan dengan harga referensi umrah dari Kemenag Rp20 juta, ini saja hasilnya sudah Rp1 triliun. Kalau ternyata penghentiannya lebih panjang, ya lebih besar juga peluang itu lepas,” paparnya.

Hingga saat ini, sambung Syam, 17 orang menolak untuk di-reschedule keberangkatannya. Dengan kata lain, mereka meminta pengembalian uang (refund).

“Alasannya karena waktu ya. Berbenturan dengan izin cuti mereka. Tapi tentu kita tidak bisa kembaliakan 100 persen uangnya, karena sudah kita gunakan sebagaian untuk biaya persiapan. Paling tidak 90 persen bisa kita kembalikan,” pungkas Syam.

Lihat juga...