MATAKIN: Ibu Tien Soeharto Pemersatu Ragam Budaya-Agama
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Ketua Majelis Tinggi Agama Khunghucu Indonesia (MATAKIN) Provinsi DKI Jakarta, Js. Liem Liliany Lontoh, mengatakan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menggambarkan kebhinnekaan dan toleransi betapa rukun dan damainya umat beragama beribadah dalam waktu yang bersamaan.
Itu terlihat jelas, yakni disaat umat muslim salat di Masjid Diponegoro, dalam waktu bersamaan itu juga ada kebaktian di Gereja Katolik Chaterina. Begitu juga dengan peribadatan agama lainnya, seperti Protestan, Hindu, Budha dan Khonghucu berjalan tanpa adanya konflik.
“Suasana rukun beribadah terukir nyata di TMII, rasa persaudaraan dan saling menghormati dalam satu ikatan bhinneka tunggal ika persatu bangsa,” kata Liem kepada Cendana News, Sabtu (15/2/2020).
Perbedaan ragam budaya dan agama yang tersaji di TMII, menurutnya, justru menjadi senjata untuk semakin bersatu. Kebebasan menjalankan ibadah menjadi kekuatan saling menghargai sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Enam rumah ibadah pun berdiri kokoh berdampingan tanpa gesekan konflik. Kerukunan dan damai beribadah juga terhiasai dengan ragam budaya daerah yang tersaji di setiap anjungan provinsi.
Museum-museum juga berdiri kokoh dengan kelengkapan sejarah bangsa. Begitu juga wahana rekreasi yang sarat edukasi budaya mewarnai hamparan keindahan miniatur Indonesia yang dibangun atas ide cemerlang Ibu Negara Raden Ayu Fatimah Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto.
“Gambaran kebhinnekaan begitu lengkap di TMII. Ibu Tien Soeharto membangun TMII ini sebagai wadah bagi semua umat beragama. Dibangun pula danau arsipel dengan ribuan kepulauan Indonesia. Kita sebagai rakyat bisa merasakan persatuan dan kekuatan persaudaraan di TMII berkat pemikiran yang baik dari Ibu Tien Soeharto,” ungkapnya.