Gejolak Global Bukan Biang Kerok Perlambatan Ekonomi Indonesia
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto, menilai gejolak global bukan biang kerok perlambatan ekonomi Indonesia.
“Kita mau mengingatkan janganlah lagi pemerintah menyalahkan global, dikit-dikit global yang salah, padahal intinya jelas ada data,” kata Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto, pada konferensi pres ‘100 Hari tanpa Akselerasi Ekonomi: Respon atas Kinerja Ekonomi Triwulan IV 2019’ di Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Karena menurut Eko, selama ini keterbukaan ekonomi nasional terhadap ekonomi global relatif terbatas atau small open economy.
Porsi ekspor barang dan jasa tidak lebih dari 20 persen dari Produk Domestik Bruto(PDB). Sementara itu, Foreign Direct Investment (FDI) baru setiap tahunnya tidak cukup tinggi, hanya 2,65 persen terhadap PDB pada 2018.
Adapun porsi Penanaman Modal Asing (PMA) setiap tahun pada Pembentukan Modal Tetap Bruto Domestik (PMTDB) tidak lebih dari 20 persen.
Data-data tersebut menurut Eko, dapat disimpulkan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia justru berada di sisi domestik. Sehingga tidak ada alasan untuk tumbuh rendah selama komponen domestik bisa dipacu.
“Dengan angka itu sebetulnya kita juga tidak banyak terbuka untuk asing. Itu kemudian narasi global menyebabkan semua ini. Ya, saya nggak tahu mungkin kesulitan mencari analisis yang lain,” tandasnya.
Bahkan pemerintah Indonesia berharap ekonomi nasional menjadi perekonomian terbesar ke 4 pada 2045. Namun kata Eko, melihat realisasi pertumbuhan yang tidak bergerak dari 5 persen, prospek menjadi perekonomian terbesar ke 4 di dunia perlu pertumbuhan di atas 6 persen per tahun.