Program KB Sukses, Presiden Soeharto Dianugerahi UN Population Award PBB
Editor: Mahadeva
“Akhirnya ada pelatihan bidan dari Kemenkes yang ketika melalui anggaran BKKBN. Tetapi setelah sebulan, bidan yang sudah dilatih menggunakan anggaran BKKBN tersebut kembali praktek ke rumah sakit dan tidak tinggal di desa. Hal tersebut kembali saya ceritakan ke Presiden Pak Harto,” ujar Haryono yang mengaku kedekatannya dengan almarhum Presiden RI ke-2 H.M Soeharto sudah tidak terbatas lagi.
Hingga akhirnya, Pak Harto memerintahkan Sarwono Kusumaatmaja, Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara kala itu, agar membuat penerima PNS formasi pegawai bidan baru. Tetapi kondisinya tetap tidak bergerak. Kemudian suatu ketika ada acara seminar di Bali, Presiden Soeharto hadir.
“Ketika makan Pak Harto bercerita, dirinya sudah membuat Inpres Bidan Desa melalui rapat Kabinet. Jadi BKKBN agar mempersiapkan tenaga muda, untuk dijadikan bidan melengkapi permintaan Haryono Suyono, agar ada bidan masuk desa. Saya pun diminta untuk mengajukan penambahan anggaran untuk Inpres Bidan Desa, anggaran tidak ke BKKBN tapi ke Indpres,” ungkap Haryono Suyono, yang mengaku sangat bergembira karena usulan BKKBN mendapat tanggapan serius dari Presiden Soeharto kala itu.
Melalui dukungan penuh presiden dengan keluarnya Inpres, berlanjut dengan adanya pelatihan besar-besaran. Hingga akhirnya, yang menjadi kendala dalam pelayanan KB hampir hilang. Dengan gegap gempita tiga tahun berturut-turut mulai dari 1984-1986 Indonesia menjadi perhatian dunia.
Saat itu, Indonesia berhasil berhasil menarik tenaga luar negeri untuk di latih, melalui pendekatan kemasyarakatan. Dan pada 1987 hingga 1988, Haryono Suyono menyebut, Indonesia sudah mendapatkan sinyal untuk mendapatkan penghargaan. “Saya langsung mengurus dengan Duta Besa Indonesia di PBB saat itu Ali Alatas. Tapi Ali Alatas saat itu menyampaikan bahwa atas pertimbangan permintaan Duta Besar Jepang, supaya Indonesia ditunda karena ada warga Jepang yang memiliki konsen pada program KB cukup tinggi, tapi usianya sudah 90 tahun. Maka Indonesia diminta di 89 diusulkan dan dijamin oleh Pak Ali Alatas,” tukasnya.