Jones, Sarjana S2 di Sikka Pilih Berbisnis Kuliner

Editor: Koko Triarko

Pada 2014, Jones kembali ke Maumere dan setelah menikah membuka usaha rental komputer di kampung halaman, namun karena di desa, maka pelanggannya kurang.

Ia pun pindah ke kota Maumere, dan membuka rumah makan di terminal Lokaria selama dua tahun, lalu pindah ke pasar Wairkoja hingga sekarang.

Sebanyak 75 persen makanan yang dihidangkan Jones merupakan makanan lokal, sementara sisanya makanan nasional, bahkan internasional, tetapi tergantung pesanan dari pelanggan.

“Saya juga masak makanan laut atau sea food seperti cumi-cumi dan ikan. Kalau nasi ikan paling  banyak pedagang dan pengunjung pasar membelinya, karena harganya Rp10 ribu per prosi,” tuturnya.

Paling rendah, per porsi Rp10 ribu untuk nasi ikan dan paling mahal ikan panggang sekitar Rp50 ribu, tergantung besar kecilnya ikan, baik ikan panggang maupun ikan goreng tepung.

Rumah makan di pasar Wairkoja, sebutnya, disewa dari Pemda Sikka seharga Rp192 ribu per bulan, dan penjualannya pun tidak terlau banyak, kecuali saat hari pasar mingguan setiap Jumat.

Dirinya pun mulai menjual aneka masakannya melalui media sosial dan respons pembelinya pun lumayan bagus, serta setiap malam minggu menjual aneka masakan di acara car free night di kampung Kabor kota Maumere.

“Juga menjual aneka masakan setiap malam minggu di acara car free night di kampung Kabor kota Maumere. Dalam semalam, paling sedikit mengantongi uang Rp400 ribu,” ungkapnya.

Jones juga menerima permintaan untuk memasak saat pesta, terkadang ia harus membawa serta dua atau tiga orang tenaga untuk memasak, agar bisa menambah penghasilan.

Warung makan dirintisnya dengan modal awal Rp20 ribu, karena setelah menikah tidak memiliki modal, dan sehingga uang tersebut dibelikan ikan dan dijual dan laku Rp100 ribu dan modalnya terus berkembang.

Lihat juga...