INDEF Menilai Kaum Miskin di Pedesaan Belum Terentaskan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Selain itu, dia menilai, bahwa kelompok kelas menengah, yang tidak begitu banyak mendapat program afirmatif.

Karena kelas menengah mungkin ada banyak lapisan. “Concern kita adalah mereka yang berada pada lapisan bawah dari kelas menengah. Termasuk, mereka yang baru saja terentas dari kategori miskin,” ujarnya.

Kelompok ini menurutnya, juga termasuk golongan hampir miskin yang jauh lebih rentan terhadap gangguan eksternal dan internal.

Apalagi, jika sampai terjadi bencana ekologis, risiko lingkungan, bencana alam, hama-penyakit tanaman, perubahan iklim, dan lainnya.

Mereka kelas menengah yang memiliki usaha, termasuk bisnis rintisan (start-up), masih rentan terhadap risiko usaha dan perubahan kondisi perekonomian.

Kelompok kelas menengah ini hanya sedikit menikmati program-program insentif dan perlindungan usaha. Apalagi, kita paham terdapat kenaikan cukai rokok, iuran BPJS dan lainnya.

“Hampir semua ini memukul kelas menengah. Mereka ini juga perlu diselamatkan,” ujarnya.

Memang dikatakan dia, secara politis, kaum kelas menengah ini umumnya memiliki suara yang lantang dalam kritik terhadap pemerintah. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa mereka merupakan salah satu tulang punggung demokrasi dan pembawa perubahan.

Sehingga Bustanul menyarankan pemerintah perlu lebih serius merancang dan mengembangkan perlindungan kelas menengah ini.

Tentu saja menurutnya, desain program yang diberikan harus berbeda dengan Bansos. Bisa lebih berupa pemberian insentif yang memadai. Apalagi, jika masih percaya pada prinsip-prinsip ekonomi pasar yang objektif.

“Jika pemerintah merancang Kartu Prakerja, saya lebih banyak melihatnya sebagai upaya pemberian insentif tersebut,” tutupnya.

Lihat juga...