‘Sekolah Kami’ Bekasi Tampung Anak Pemulung dan Duafa
Editor: Koko Triarko
Dari situ, Irina tergerak bersama guru lainnya untuk mengajak dan mengarahkan anak pemulung untuk sekolah dan mereka siap memfasilitasi dengan cara gratis.
Ajakan tersebut terbilang sukses, setelah menyadarkan orang tuanya, banyak anak pemulung mau bersekolah. Tetapi muncul persoalan baru lagi, yakni terkait dokumen kependudukan.
Diketahui, hampir semua pemulung tidak memiliki identitas seperti KTP, KK, apalagi akta lahir. Jika anaknya ingin mengurus akta lahir, maka ketentuannya orang tua mereka harus memiliki dokumen, sementara mereka juga datang dari kampung tanpa membekali dokumen apa pun.
“Mereka pindah-pindah saja, tanpa membekali diri dengan dokumen. Hal itu juga karena ketidak pedulian kepala desa tempat asalnya atau lainnya,” tukas Irina.
Sedangkan dokumen kependudukan menjadi vital untuk mendapatkan akses program apa pun dari negara. Hingga menjadi salah satu persoalan sebenarnya di kalangan pemulung sendiri.
Maka, kata Irina, Sekolah Kami hadir untuk menjembatani hal tersebut. Mereka, anak pemulung masih tetap bisa mengeyam pendidikan nonformal tanpa syarat apa pun. Tapi secara perlahan, dokumen tetap harus diurus.
Sebenarnya untuk mengurus dokumen kependudukan, gratis. Tapi mereka harus pulang ke kampung untuk mengurus itu semua, perlu biaya untuk transportasi. Mereka juga berpikiran dengan tidak bekerja sehari, maka tidak ada penghasilan.
“Solusinya, Sekolah Kami tetap memberikan pendidikan nonformal, tapi secara bertahap mengarahkan orang tuanya untuk mengurus dokumen kependudukan. Karena itu menjadi salah satu syarat untuk ikut ujian persamaan atau pun mereka masuk ke sekolah formal. Jadi sambil belajar, dokumen diurus. Risikonya ada yang sampai SMP tanpa dokumen,” ujar Irina.