Petani di Lamsel Lestarikan Tradisi Wiwitan

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Tradisi wiwitan masyarakat Jawa yang digelar setiap hendak mengawali musim panen padi, masih dilestarikan oleh sejumlah petani di Lampung Selatan.

Bonimin, salah satu petani di Dusun Sumbersari, Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, menyebut tradisi wiwitan dipertahankan sejak puluhan tahun silam. Sebagai petani asal Yogyakarta yang menetap di Lamsel sejak puluhan tahun silam, wiwitan masih dilakukan oleh keluarganya.

Menurutnya, wiwitan sesuai dengan asal usulnya berasal dari kata ‘wiwit” yang bermakna ‘mulai’. Setiap padi mulai menguning, ungkapan syukur kepada Sang Pencipta diwujudkan dalam tradisi wiwitan. Semula ritual wiwitan menjadi rasa terima kasih kepada Dewi Sri atau Dewi Padi, yang memberikan bulir bernas siap panen. Sebagai tradisi, wiwitan disesuaikan dengan doa sesuai agama yang dianut.

Bonimin menyebut, makna dalam wiwitan tidak lepas dari rasa terima kasih. Simbol yang diperlihatkan dengan penyiapan sejumlah sesaji atau ubo rampe berupa nasi urap lengkap dengan lauk. Tambahan berupa bunga warna-warni, sirih, uang, rokok dan sejumlah syarat lain disertakan.

Bonimin,petani dan tokoh masyarakat di Dusun Sumbersari, Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, menyiapkan sesaji untuk wiwitan yang ditempatkan di lokasi tulakan air, Minggu (3/11/2019). -Foto: Henk Widi

Sarana fisik tersebut menurutnya sebagai pemberian kepada alam karya Sang Pencipta yang memberi kehidupan dalam wujud padi.

“Wiwitan juga memiliki makna mengingat sejarah awal mula sawah yang digarap ini dahulu merupkan lahan belukar, dan kini menjadi sumber penghidupan bagi keturunan saya yang menetap di Lampung Selatan,” terang Bonimin, saat ditemui Cendana News, Minggu (3/11/2019).

Lihat juga...