Ia mengaku, saat ini sudah terdampak dari kebijakan pelarangan penggunaan botol plastik di sebuah sekolah di dekat rumahnya.
“Sejak sekolah itu berganti kepala sekolah dan melarang murid membawa botol plastik ke sekolah, saya kehilangan salah satu tempat untuk mencari sampah plastik,” kata Tuti.
Ia berharap, pemerintah dan semua pihak terkait memahami betapa pentingnya sampah botol plastik bagi pemulung. “Tolong, pemerintah jangan larang penggunaan botol plastik. Karena penghidupan kami sebagai pemulung bergantung pada sampah plastik,” katanya.
Sementara itu, Eni Saeni, Koordinator Komunitas Plastik untuk Kebaikan, menyatakan, komunitasnya telah melakukan gerakan edukasi pilah plastik dengan insentif tukarkan plastik dengan sembako. Hasilnya, dalam 2 jam terkumpul 7 kantong besar sampah plastik di CFD pada 10 November 2019.
Sayangnya, ujar dia, sebagian masyarakat masih enggan memilah sampah plastik di rumah, banyak dari mereka mencampurnya dengan sampah lain. (Ant)