Kemarau, Hasil Panen Mete di Sikka Turun
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Musim kemarau berkepanjangan membuat para petani di dusun Kepiketik, desa persiapan Mahe Kelan, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka, NTT, mengalami penurunan produksi jambu mete dan kemiri.
Para petani mete lainnya di kecamatan Waigete pun mengalami nasib serupa akibat panas sejak bulan Mei sampai saat ini tak kunjung turun hujan secara rutin.
“Tahun ini paling parah karena panas dan tidak ada hujan sejak bulan Mei lalu. Tanaman mete yang sudah berbunga lebat pun bunganya gugur sehingga tidak berbuah,” kata Ardianus Mersi, warga dusun Kepiketik, desa persiapan Mahe Kelan, Senin (11/11/2019).

Ardi sapaannya, menyebutkan, dirinya mempunyai lahan kebun seluas 3 hektare dimana 2 hektarenya ditanami tanaman jambu mete. Sisanya seluas sehektar ditanami singkong, padi ladang dan jagung saat musim hujan.
“Biasanya dalam setahun saya bisa panen mete sebanyak satu ton minimal, kalau hujan tetap turun ketika tanaman mete sedang berbunga dan berbuah. Tapi saat ini paling banyak hanya 500 kilogram saja,” ungkapnya.
Dengan harga jual berkisar antara Rp10 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram kata Ardi, maksimal tahun ini dirinya hanya mendapatkan uang Rp7,5 juta saja.
“Tapi uang sebanyak itu kalau harga mete tetap stabil Rp15 ribu per kilogramnya. Kalau dihitung bersih paling saya hanya dapat uang Rp4 juta saja dari hasil jual mete,” terangnya.