Dodol Nipah Suswanti Mampu Kantongi Rp3 Juta per Bulan

Redaktur: Muhsin E Bijo Dirajo

Suswanti memperlihatkan makanan ringan produknya saat pameran panganan di salah satu mall Balikpapan, Selasa (26/11/2019). Foto: Ferry Cahyanti

BALIKPAPAN — Melihat usaha makanan ringan yang tumbuh pesat, Suswanti (50) warga Kelurahan Muara Jawa, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara menutup usaha katering miliknya. Ia rela banting setir demi menekuni pembuatan bermacam jajanan. Mulai dari amplang bumbu dari ikan tongkol dan tengiri, sampai dodol yang terbuat dari buah nipah.

“Sudah empat tahun saya menjual makanan oleh-oleh ini karena punya pelanggan tetap,” kata Suswanti, Selasa (26/11/2019).

Pelanggannya mulai perusahaan yang ada di sekitar Muara Jawa, sampai toko yang khusus menjual oleh-oleh. Dalam sebulan, Suswanti bisa mendapat dua kali pesanan dengan jumlah cukup banyak.

Keputusan Suswanti banting setir dari pelaku usaha katering menjadi makanan ringan semata-mata karena produksi yang lebih murah dan peluang yang lebih besar. Sejak banyak perusahaan di wilayah itu gulung tikar, jumlah pemesan katering terus menurun.

Bagi masyarakat Kalimantan Timur, jajanan amplang tentu sudah tak asing lagi. Ini merupakan penganan khas daerah ini yang biasa menjadi buah tangan. Sejenis kerupuk yang terbuat dari ikan tengiri, ini sangat mudah dijumpai di berbagai daerah.

Berbeda dengan dodol nipah produksi Suswanti. “Dodol ini terbuat dari buah pohon nipah yang kebetulan banyak di daerah saya,” kata dia.

Pohon nipah, sejenis palem, memang banyak tumbuh di pesisir atau daerah bakau. Biasanya masyarakat membuang begitu saja buahnya, dan hanya memanfaatkan daunnya untuk atap.

Tetapi di tangan Suswanti dan warga Muara Jawa, buah nipah yang tidak bernilai, bisa menjadi rupiah. Dalam sebulan, setidaknya dia bisa mengantongi pendapatan bersih Rp3 juta rupiah. Untuk pembuatan produk, dia lakukan setiap hari, kemudian dititipkan di toko-toko souvenir.

Lihat juga...