“Pembibitan ini kita upayakan untuk jangka panjang. Kalau pembibitannya sekarang, penanamannya lima tahun mendatang,” kata Hendri.
Proses pembibitan tanaman ini tak sekedar untuk kebutuhan taman-taman kota, namun juga diperuntukkan masyarakat. Warga nantinya bisa mengajukan permintaan bunga tersebut ke DKRTH.
“Kalau minta, kita kasih cuma-cuma. Tapi, tak sebesar yang ditanam di pinggir-pinggir jalan karena masih membutuhkan waktu,” ujarnya.
Menurut Hendri, di Kebun Bibit Wonorejo yang luasnya mencapai satu hektare itu dikembangkan proses pembibitan berbagai jenis tanaman. Dari luasan kebun bibit, area pembibitan tanaman Tabebuya menempati lahan berukuran 100 x 2 meter yang terdiri dari beberapa blok.
“Dari biji (Tabebuya) yang kita ambil dari tanaman yang ada di pinggir-pinggir jalan, kita bibitkan dalam blok atau bedeng. Kira-kira ada enam blok, dan tiap blok ada sekitar 1.500 bibit,” katanya.
Hendri menyebut, dari proses pembibitan di bedeng-bedeng itu, jika tanamannya sudah berukuran 30-50 centimeter, maka proses selanjutnya akan dipindahkan ke lahan terbuka tanpa polibag di sekitar kebun bibit.
“Biar pertumbuhannya cepat. Kemudian, kita lakukan pembibitan lagi. Dari biji kering, kita semai, kalau sudah tumbuh kita ambil, kemudian dimasukkan ke polibag,” ujarnya.
Hendri juga menjelaskan bahwa budidaya Tabebuya yang dilakukan oleh pemkot sampai saat ini belum begitu besar. Namun begitu, sebagian telah ditanam di taman-taman kota.
Sedangkan di beberapa ruas jalan karena membutuhkan ukuran yang besar, sementara ini Pemkot Surabaya mendatangkan dari tempat-tempat pembibibtan yang ada di Kediri, Tulungagung dan Malang.