Buras, Menu Khas Bugis nan Lezat Muludan di Bakauheni
Editor: Mahadeva
Beras yang sudah diikat daun pisang kepok akan ditumpuk hingga lima lapis, kemudian diikat dengan tali rafia. Perebusan membutuhkan waktu lama dan biasa dilakukan dengan kayu bakar. “Sembari melakukan proses mematangkan buras, proses pembuatan lauk berupa opor ayam, telur dan lauk lain dilakukan,” ungkap Eko Prapto.
Buras yang merupakan kuliner sejenis lontong khas masyarakat Bugis Pesisir Bakauheni, bisa bertahan hingga tiga hari. Buras memiliki rasa gurih, karena direbus memakai santan kelapa. Tambahan lauk berupa opor ayam telur dan sambal dabu-dabu khas Bugis, membuat menu tersebut sangat lezat. Penyajian buras dilakukan dengan wadah khusus. Tiga besek untuk mengemas nasi putih biasa, buras, lauk pauk dan opor ayam, telur. Besek diberi hiasan kembang telur, yang dihias memakai bendera uang kertas. Uang kertas menjadi tanda sedekah bagi anak anak terutama anak yatim piatu.
Sahroni, Kepala Desa Bakauheni menyebut, kuliner erat kaitannya dengan etnis dan budaya. Di desa yang dipimpinnya, kaya akan kultur adat istiadat dari seluruh Indonesia. Buras mendominasi, karena sebagian warga Dusun Sukarame berasal dari Sulawesi. “Kekayaan tradisi kuliner melahirkan keberagaman karena etnis yang lain bisa belajar cara membuat buras,jika biasanya hanya lontong atau ketupat,” ungkap Sahroni.