Potret Kemiskinan di Sikka, 20 Tahun Buta Tobias Butuh Biaya Berobat
Editor: Mahadeva
MAUMERE – Masih banyak warga Kabupaten Sikka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Jangankan untuk berobat jika mengalami sakit, untuk makan saja mereka sebenarnya masih membutuhkan bantuan pemerintah, baik desa, kabupaten, provinsi maupun pusat.
Seperti yang dialami Tobias Muut (70), salah seorang warga Dusun Gehak Reta, Desa Koting D, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka, NTT. Lelaki tersebut hanya setiap harinya hanya tidur di balai-balai di dalam rumah, karena mata mengalami kebutaan sejak sekira 20 tahun lalu.
“Mata saya terkena serangga, sejak sekitar 20 tahun lalu dan akhirnya mengalami kebutaan. Ini membuat saya tidak bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari,” kata Tobias Muut (70) saat ditemui di rumahnya Senin (21/10/2019).

Tobias, tidur di bagian belakang rumah petak berukuran sekira 3X4 meter dengan dinding bambu belah atau Halar. Di rumah berlantai tanah, ayah tiga orang anak tersebut tidur di bale-bale bambu sendirian. Sang isteri, beserta anak lelaki dan keluarganya tinggal di bagian depan rumah utama. “Anak saya tiga orang, seorang tinggal di Sorong Papua, seorang lagi menetap di Jakarta dan satunya tinggal bersama saya dan isteri,” tandasnya.
Tobias mengakui pernah sekali mendapat bantuan dari pemerintah, sejak mengalami kebutaan. Bantuan yang diterima sekira 10 tahun lalu ini, jumlahnya hanya Rp500 ribu. “Selama ini saya belum mendapatkan bantuan pengobatan dari pemerintah. Saya juga tidak mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga tidak bisa berobat karena tidak memiliki dana,” jelasnya.