Harga Cabai Keriting Naik Untungkan Petani Lamsel Kala Kemarau

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Pengaturan pola tanam menurut Tukijo akan memberi keuntungan karena harga akan cenderung naik. Permintaan cabai keriting menurutnya kerap banyak berasal dari pasar tradisional di wilayah Lampung hingga ke Sumatera Barat.

Pada bidang pertama ia menanam sekitar 1000 tanaman, bidang kedua 2000 tanaman dan bidang ketiga 1000 tanaman. Pada panen pertama ia bisa mendapatkan hasil sekitar 1 kuintal dan masih bisa dipanen hingga belasan kali.

Harga yang naik pada komoditas cabai keriting menurut Tukijo memberi gairah petani cabai. Normalnya petani akan mendapatkan keuntungan saat harga cabai berkisar Rp27.000. Sebab biaya operasional untuk bibit, mulsa, pupuk dan obat-obatan cukup tinggi. Selama kemarau, ia juga membutuhkan tambahan biaya mesin pompa yang memakai bahan bakar pertalite.

“Pemanfaatan air selama kemarau menguntungkan petani hortikultura karena serangan hama pada cabai minim,” ungkap Tukijo.

Pada kondisi normal sebanyak 1000 batang pada akhir panen bisa mendapatkan hasil 1 ton cabai keriting. Menanam sekitar 4000 tanaman yang ditanam secara bertahap ia berharap total bisa mendapatkan hasil sekitar 4 ton.

Harga di tingkat petani rata-rata Rp30.000 saja dengan hasil 4 ton atau 4.000 kilogram ia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp120 juta. Omzet itu diperoleh secara bertahap sesuai waktu panen.

Maimunah, pedagang sayuran dan bumbu di pasar tradisional Pasuruan mengaku harga komoditas naik. Kenaikan disebutnya pada bawang merah dan putih semula seharga Rp30.000 menjadi Rp35.000 per kilogram.

Maimunah, pedagang sayuran di pasar tradisional Pasuruan Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, menjual cabai keriting yang mengalami kenaikan harga, Rabu (23/10/2019) – Foto: Henk Widi
Lihat juga...