Wayang Orang Digelar di Tiga Kota di Jerman

Pagelaran di Hamburg itu diawali dengan lantunan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno.

Berbeda dalam pementasan wayang orang biasanya, unsur suara dalang yang biasanya mengiringi kisah wayang orang, diganti dengan penutur bahasa Jerman.

Antonia Schwingel, seniwati teater dan penari balet keturunan Spanyol dan Jerman terpilih sebagai penutur pengantar dalam bahasa Jerman.

Antonia mengaku belum pernah sekali pun mengunjungi Indonesia. Baginya, menuturkan pengantar kisah “Kresna Duta” ini merupakan pengalaman baru dalam kariernya.

Menerjemahkan tutur dalang ke bahasa Jerman, pun bukan urusan sembarangan. Panitia menyerahkan hal ini kepada ahlinya, yaitu penterjemah senior, Dr. Martina Heinschke.

Bagi Martina, kisah pewayangan Jawa bukan hal asing, namun ia khawatir penonton muda Jerman yang belum pernah mengetahui epos Mahabharata sulit memahami alur kisahnya. Ia berusaha keras agar penonton mengerti, “terjemahannya agak sedikit bebas, sebuah adapsi,” ujaranya.

Teguh ‘Kenthus’ Ampiranto memastikan, alur cerita, tokoh, musik, lagu dan tarian tetap teguh pada pakem wayang orang klasik. Begitu juga dengan durasi pertunjukan wayang orang yang biasanya berlangsung tiga hingga empat jam, untuk pertunjukan di Jerman, pagelaran ini dipadatkan menjadi 90 menit.

Salah satu penggagas pagelaran ini, Dr. Prasti Pomarius dari Yayasan Paramarta Karya Budaya, mengatakan, mengolah konsep pagelaran agar dimengerti oleh penonton Jerman ini adalah tantangan yang paling menantang dalam proses persiapannya.

Baginya, wayang orang tidak ada bedanya dengan seni opera di Eropa yang menggunakan kombinasi musik live, kisah, tarian. “Dengan memperkenalkan pagelaran wayang orang yang megah ini, kami berharap masyarakat Jerman lebih terbuka melihat Indonesia,” tuturnya.

Lihat juga...