Rupiah Melemah Akibat Perang Dagang AS-Cina

JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (3/9), melemah, seiring masih besarnya sentimen ketegangan dagang Amerika Serikat dan Cina.

“Mata uang negara berkembang cenderung melemah, seiring masih besarnya sentimen hindar aset berisiko di balik memburuknya ketegangan dagang AS-Cina, pascakedua negara tersebut menaikkan tarif impor,” kata Kepala Riset Monex Investindo Future, Ariston Tjendra, di Jakarta, Selasa (3/9/2019).

Terpantau, rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 24 poin atau 0,17 persen, menjadi Rp14.218 per dolar AS, dibanding posisi sebelumnya Rp14.194 per dolar AS.

Ariston mengemukakan, ketegangan perang dagang kembali memanas setelah AS menaikkan barang-barang dari Cina sebesar 15 persen, dan Cina juga membalas dengan menaikkan tarif minyak mentah AS.

Selain itu, lanjut dia, penguatan dolar AS juga ditopang oleh meningkatnya tekanan jual pada mata uang euro, yang disebabkan tingginya ekspektasi, bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan pelonggaran moneter serta ketidakpastian kepergian Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Selanjutnya, ia mengatakan, pasar akan menantikan perilisan data-data ekonomi AS mulai dari data Manufaktur hingga data penggajian nonpertanian (nonfarm payrolls/NFP) versi ADP (Automatic Data Processing).

“Jika data ekonomi AS mengalami perbaikan, maka dolar AS akan mempertahankan penguatannya dalam beberapa hari ke depannya,” katanya.

Sementara sentimen dari dalam negeri, menurut Ariston, relatif kondusif setelah data inflasi Agustus yang relatif terjaga.

“Data inflasi Agustus yang terjaga menahan tekanan rupiah lebih dalam,” katanya.

Lihat juga...