Perajin Sapu Sabut Kelapa di Kulonprogo Kewalahan Penuhi Permintaan
Editor: Mahadeva
YOGYAKARTA – Pelaku usaha sapu berbahan sabut kelapa di Kabupaten Kulonprogo, kewalahan memenuhi permintaan pesanan. Utamanya pesanan konsumen yang berasal dari luar daerah.
Ketersediaan bahan baku, serta tenaga kerja yang tidak selalu tersedia, menjadi penyebab utama kondisi tersebut. Iriani (60) warga Dusun Klegan, Sendangsari, Pengasih, mengaku setiap hari hanya mampu memproduksi sekira 1.000 buah sapu.

Padahal, jumlah permintaan sapu berbahan baku sabut kelapa buatannya bisa mencapai 3.000 hingga 5.000 per-hari. “Permintaan sebenarnya sangat banyak. Baik dari Jawa Timur, Jawa Tengah maupun Jawa Barat. Misalnya dari Madiun itu sebenarnya minta 10 ribu per bulan. Tapi kita paling hanya mampu memenuhi sekitar 5 ribu saja. Itu belum suplayer dari daerah lain,” katanya Selasa (3/9/2019).
Iriani mengatakan, selama ini Dia memproduksi sapu dengan menadatangkan bahan baku sabut kelapa dari wilayah pesisir Kulonprogo. Untuk membuat sapu, sabut kelapa harus diproses dengan cara direndam di dalam kolam-kolam air selama tiga bulan lamanya. “Kalau musim kemarau seperti ini air sulit, banyak sumber mengering. Sehingga berdampak pada ketersediaan bahan baku pembuatan sapu. Otomatis produksi juga ikut menurun,” jelasnya.
Selain bahan baku, terhambatnya produksi sapu sabut kelapa juga disebabkan karena ketersediaan tenaga kerja perajin yang minim. Perajin sapu mayoritas merupakan warga yang berprofesi utama sebagai petani. “Saya sebenarnya punya sekitar 100 tenaga. Tapi mereka itu hanya berkerja borongan di rumah masing-masing, sebagai pekerjaan sambilan. Pekerjaan utama mereka, ada yang tani, tukang dan lain sebagainya. Sehingga jika sedang musim tanam atau musim panen mereka bekerja di sawah. Jadi tidak membuat sapu,” tandasnya.