Nelayan Lamsel Pertahankan Penggunaan Peralatan Berbahan Bambu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Penggunaan peralatan berbahan bambu masih dipertahankan oleh nelayan di Lampung Selatan (Lamsel).

Hasan, nelayan pembuat ikan teri rebus mengungkapkan, nelayan di pesisir Kalianda memanfaatkan bambu untuk alat tangkap hingga proses pengolahan ikan.

Peralatan tangkap itu diantaranya sorok, pengangkat jaring dan katir perahu. Sementara alat pengolahan ikan meliputi cekeng, tenggok, para para dan senoko.

Penggunaan bambu imbuh Hasan mendominasi sejumlah peralatan nelayan Lamsel. Potensi tanaman bambu yang melimpah, proses pembuatan mudah menjadi alasan nelayan memanfaatkan bambu.

Bagi peralatan tangkap tradisional, Hasan menyebut kebutuhan bambu paling banyak untuk membuat bagan apung. Ratusan batang bambu hitam dipastikan digunakan untuk bangunan bagan apung.

Satu bagan apung dengan ukuran 6 meter x 7 meter disebut Hasan membutuhkan lebih dari 200 batang bambu. Bambu disebutnya digunakan sebagai tiang penyangga, bagian dasar, bangunan rumah bagan hingga peralatan pengangkat jaring.

Selain bambu konstruksi bagan apung bisa menghabiskan biaya hingga Rp40 juta. Bagan yang sudah dibuat kerap dipakai nelayan menangkap ikan teri, cumi,selar dan ikan bahan baku teri rebus serta ikan asin.

“Nelayan dan bambu tidak bisa dipisahkan sehingga sebagian nelayan yang memiliki kebun kerap menanam beberapa rumpun bambu untuk kebutuhan pembuatan alat tangkap hingga proses pengolahan ikan,” tutur Hasan saat ditemui Cendana News, Minggu (22/9/2019).

Selain kebutuhan untuk membuat bagan apung, Hasan menyebut bagi pengolah teri bambu semakin banyak dibutuhkan. Peralatan perebusan yang dikenal dengan cekeng, tonggak penjemuran, senoko atau hamparan penjemuran ikan, tenggok untuk penampung teri dan ikan asin kering berbahan bambu.

Lihat juga...