BMKG: Upaya Hujan Buatan Tunjukkan Kemajuan

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Program TMC (Teknik Modifikasi Cuaca) yang dijalankan di beberapa daerah terpapar karhutla dan polusi udara, menunjukkan kemajuan yang baik. Karena kandungan air yang mencapai 70 persen pada awan, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), memungkinkan terjadinya hujan. 

Kasubbid Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, M.Sc., menyatakan, awan-awan yang berpotensi hujan ini masih terpantau di sebagian langit wilayah Sumatra, terutama Pesisir Barat.

“Terpantau juga di sebagian besar wilayah Kalimantan Barat dan sebagian besar Papua,” kata Siswanto, saat dihubungi, Kamis (29/9/2019).

Tapi untuk Jawa hingga Nusa Tenggara, menurut Siswanto, terpantau masih cerah bersinar dengan langit biru benderang.

“Untuk Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan serta Sulawesi, terpantau awan tipis. Walau tidak banyak. Kita akan lihat lagi besok untuk peluang hujan di daerah tersebut,” ucap Siswanto.

Walaupun hujan ini menjadi hal yang ditunggu-tunggu dan menggembirakan bagi daerah yang terpapar karhutla dan asap, Siswanto mengingatkan agar masyarakat menghindari hujan yang turun.

“Hujan pertama ini umumnya tidak menyehatkan, karena bersifat asam dan masih mengandung banyak partikel pencemar udara. Hal ini berpotensi menimbulkan iritasi pada kulit. Biasanya gatal-gatal,” ujar Siswanto.

Pemantauan menunjukkan, beberapa daerah Indonesia masih harus waspada akan kekeringan meteorologis.

“Kita pantau yang kejadian kekeringan meteorologis masih tinggi pada NTT, Yogyakarta, Bali, Jawa Timur, NTB, Sumba dan Malang,” tutur Siswanto.

Untuk menghadapi kondisi ini, Siswanto mengingatkan masyarakat tetap mengambil langkah antisipasi.

Lihat juga...