‘Startup’ Didanai Asing Perparah Defisit Perdagangan
Editor: Koko Triarko
Pada prinsipnya, dana asing yang mengalir ke Unicorn mempunyai beberapa kepentingan yang mesti dicermati.
Pertama, sebut dia, integrasi horizontal, yakni startup di Indonesia digunakan sebagai rantai pasok produk perusahaan lain. Misalnya, startup unicorn e-commerce digunakan untk memasarkan produk Taobao, Alibaba dari Cina.
“Integrasi juga termasuk outsourcing SDM IT atau high skilled ke perusahaan afiliasi investor,” ujarnya.
Kedua, yaitu pemanfaatan data pribadi untuk pemasaran atau market intelligences. Dengan menggunakan bidang data, mereka bisa memetakan perilaku konsumen Indonesia untuk memasarkan produk dari perusahaan lain yang terafiliasi.
Ada pun ketiga adalah ketergantungan konsumsi pada layanan yang disuntik oleh investor asing. Di transportasi online, kedua operator melakukan promosi dan diskon tak berkesudahan.
Bahkan, menurut Bhima, ada yang berani memberi 90 persen diskon atau cashback. Tujuannya agar menciptakan dinding penghalang bagi kompetitor (entry barrier).
“Jika market share sudah mereka kuasai, konsumen tidak ada pilihan lain kecuali memakai produk startup tadi. Iklim Persaingan usaha yang sehat bisa rusak,” jelasnya.
Bhima pun menyarankan, pemerintah perlu menyamakan aturan barang impor di retailer konvensional dan online. Meskipun sebelumnya sudah ada beberapa pembatasan produk impor melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112/PMK.04/2018 (PMK 112).
Kebijakan tersebut memperkecil nominal ketentuan nilai bebas bea masuk dari USD 100 menjadi USD 75 per hari.
“Tapi aturan itu belum cukup. Porsi barang impor di e-commerce harus diatur, misalnya 70 persen harus menjual produk yang diproduksi lokal,” ujar Bhima.